HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL
DENGAN COPING STRESS PADA IBU RUMAH
TANGGA
MURDIANI DIPA PUTRI
14510866
Dr. Lie Tjoen Tjie
Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kecerdasan spiritual dengan coping
stress pada ibu rumah tangga. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kramat
Jaya Depok Utara. Dalam penelitian ini digunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson untuk menguji
hubungan antara kecerdasan spiritual dengan coping stress pada ibu rumah
tangga. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampling accidental. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 orang ibu
rumah tangga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian
diterima yang diartikan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual
dengan coping stress ke arah yang positif. Hal tersebut dapat diketahui melalui
hasil uji hipotesis dengan perolehan nilai koefisien korelasi pearson sebesar
r=0,806 dengan taraf signifikansi koefisien sebesar 0,000 (p < 0.01).
Kata Kunci : Kecerdasan spiritual,
Coping stress, Ibu rumah tangga
PENDAHULUAN
Perjalanan
kehidupan manusia begitu beragam dan kompleks. Hal tersebut dapat terjadi
karena adanya perubahan pada kehidupan terdahulu dengan kehidupan saat ini.
Perubahan yang terjadi dikarenakan adanya perkembangan kehidupan peradaban
manusia. Kehidupan manusia pula tidak terlepas dari adanya masalah demi masalah
yang muncul yang kemudian dapat saja menimbulkan stres pada diri manusia.
Sehingga berbagai masalah yang muncul tersebut menjadikan sebuah skema
permasalahan yang harus dihadapi oleh setiap insan manusia.
Pada nyatanya kehidupan yang
dijalani oleh sebagian besar manusia tidak terlepas dari masalah dan rutinitas.
Hal tersebut terlihat dari berbagai kehidupan sehari-hari dari ibu rumah tangga
yang kesehariannya mengurus rumah tangga dan keluarganya. Beragam macamnya
jenis kegiatan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dapat saja menyebabkan
stress. Tingkat stres yang dialami oleh para ibu rumah tangga pun berbeda
macamnya. Dari mulai kegiatan mengurus anak, mengurus kebersihan rumah dan lain
sebagainya menjadikan para ibu rumah tangga terkadang tidak dapat berhenti
begitu saja untuk beristirahat dalam waktu yang cukup panjang dalam sehari.
Seperti yang di lansir dari media “Detik Health”
(2011) yang melakukan penelitian Pete Robertshaw mengatakan hal-hal seperti
mengurus kebutuhan urusan makan dan memasak merupakan hal yang dapat memicu
stres bagi ibu rumah tangga.
Berdasarkan sudut pandang psikologis
dalam hal ini kecerdasan spiritual yang ada selain dari kecerdasan emosional
dan kecerdasan intelektual hal yang menyangkut kecerdasan spiritual mampu
mendorong seseorang untuk maju dan berkembang dalam mengembangkan kualitas diri
pada manusia itu sendiri. Menurut Zohar dan Marshall (dalam Muttaqiyathun,
2009) kecerdasan spiritual yaitu kemampuan yang bertumpu pada bagian dalam diri
yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Hal ini adalah
kecerdasan yang digunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada,
melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. Selanjutnya
menurut Rogers dan Yang (dalam Howard dkk, 2009) kecerdasan spiritual
selanjutnya didefinisikan sebagai kemampuan untuk membangun makna melalui
intuitif untuk melihat keterkaitan antara pengalaman hidup dan bidang dari
dalam jiwa individu. Kemudian pendapat lain dikemukakan oleh Tisdell (dalam
Howard dkk, 2009) bahwa spiritualitas adalah bagian penting dari pengalaman
manusia yang merupakan hal mendasar untuk memahami bagaimana individu membangun
pengetahuan bermakna. Tisdell menegaskan bahwa spiritualitas memiliki dimensi
budaya yang mendalam yang menginformasikan perkembangan intelektual. Selain dari kecerdasan spiritual yang
dijabarkan sebelumnya selain itu terdapat hal lain yang berkaitan juga seperti
istilah coping stress yang
dikemukakan menurut Lazarus dan Folkman (dalam Sholichatun, 2011) istilah coping didefinisikan sebagai upaya
perubahan kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan ekternal dan internal
yang spesifik yang dinilai sebagai berat atau beban tugas yang melebihi
kemampuan dan ketahanan individu. Pendapat yang lain dijelaskan oleh Sarafino
(dalam Adi, 2010) individu melakukan perilaku coping sebagai usaha untuk menetralisir atau mengurangi stres.
Dikarenakan cara menyesuaikan seseorang terhadap stres beragam macamnya maka
dalam hal ini istilah coping stress dapat
digunakan untuk melihat cara mana yang digunakan oleh ibu rumah tangga dalam
mengatasi permasalahannya.
Berbagai uraian para ahli mengenai
kecerdasan spiritual dan coping stress
dapat terjadi dalam kehidupan setiap manusia. Tingkat kecerdasan spiritual
seseorang tidak hanya dilihat dari faktor ketuhanan saja melainkan pula cara
seseorang berpikir kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kemudian
terdapat juga kaitannya dengan coping
stress dimana istilah coping
merupakan istilah yang digunakan untuk seseorang yang berupaya untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya.
Selanjutnya mengenai kesulitan dalam pekerjaan sebagai ibu rumah tangga kembali
ke dalam pikiran individu masing-masing bagaimana untuk menyikapi pilihan hidup
yang sedang dijalani baik itu sebagai ibu rumah tangga maupun bukan sebagai ibu
rumah tangga.
Dengan demikian hal ini merupakan
masalah umum yang cukup signifikan untuk diteliti karena fenomena yang
berkembang secara umum merupakan fenomena yang ada dalam kehidupan insan
manusia sehari-hari. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya dapat dijelaskan dalam rumusan masalah yaitu apakah ada hubungan
yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan coping stress pada ibu rumah tangga.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Kecerdasan
Spiritual
Dalam penelitian ini teori yang digunakan
dari beberapa tokoh yaitu Danah Zohar dan Ian Marshall, Agustian dan Sinetar.
Pendapat beberapa ahli mengemukakan mengenai teori dari kecerdasan spiritual.
Beberapa penjelasan tentang teori spiritual adalah menurut Danah Zohar dan Ian
Marshall (dalam Agustian, 2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah
kemampuan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kemampuan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas
dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang
lebih bermakna dibandingkan dengan yang
lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara
efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita.
Kemudian menurut Agustian (2001) definisi
kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap
setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang
bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola
pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah”.
Selanjutnya pendapat lain yang dikemukakan oleh Sinetar (dalam Pradiansyah,
2010) mengatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah pikiran yang mendapat
inspirasi, dorongan dan efektivitas yang
terinspirasi penghayatan ketuhanan yang
didalamnya kita semua menjadi bagian.
Berdasarkan
ketiga teori yang telah dibahas tersebut secara garis besar memiliki kemiripan
pada sisi kecerdasan untuk mengahadapi persoalan dan kemampuan untuk memberi
makna yang terinspirasi oleh penghayatan ketuhanan secara lebih luas dan kaya
untuk menjadi manusia seutuhnya yang merupakan kecerdasan tertinggi kita.
B.
Komponen-komponen
Kecerdasan Spiritual
Komponen kecerdasan spiritual
berdasarkan teori Zohar dan Marshall (dalam Jamaluddin dan Indriasari, 2011) yaitu
sebagai berikut :
a.
Memiliki kesadaran diri
Memiliki kesadaran diri yaitu adanya tingkat
kesadaran yang tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi
yang datang dan menanggapinya.
b.
Memiliki visi
Memiliki visi yaitu memiliki pemahaman
tentang tujuan hidup dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan
nilai-nilai.
c.
Bersikap fleksibel
Bersikap fleksibel yaitu mampu
menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki
pandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan), dan efisien tentang realitas.
d.
Berpandangan holistik
Berpandangan holistik yaitu melihat
bahwa diri sendiri dan orang lain saling terkait dan bisa melihat keterkaitan
antara berbagai hal. Dapat memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu
menghadapi dan memanfaatkan, melampaui kesengsaraan dan rasa sehat, serta memandangnya
sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya.
e.
Melakukan perubahan
Melakukan perubahan yaitu terbuka terhadap
perbedaan, memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi dan juga menjadi
orang yang bebas merdeka.
f.
Sumber inspirasi
Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi
sumber inspirasi bagi orang lain dan memiliki gagasan-gagasan yang segar.
g.
Refleksi diri
Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan
apakah yang mendasar dan pokok.
C. Coping
Stress
Lazarus dan Folkman (dalam Suldo,
2008) coping adalah upaya kognitif
dan perilaku yang berubah secara konstan untuk mengelola tuntutan eksternal dan
atau internal tertentu yang dinilai berat dan melebihi kapasitas (kekuatan)
seseorang.
Coping
stress adalah pengaturan beban dari keadaan sekitar atau usaha untuk
memecahkan masalah tentang stres yang sedang dihadapi dalam kehidupan dan
mencari jalan untuk menguasai atau mengurangi stres (Halonen dan Santrock,
1999). Coping stress adalah pemulihan
kembali dari pengaruh pengalaman stres atau reaksi fisik dan psikis, yang
berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan yang sedang dihadapi
(Hawari, 2007).
Secara
garis besar dari ketiga pendapat para ahli tersebut terdapat kemiripan pada
usaha yang dikerahkan untuk memecahkan masalah dalam rangka pemulihan kembali
dari pengaruh stress yang secara konstan upaya tersebut berubah untuk mengelola
tuntutan untuk mengurangi stress.
D. Dimensi Coping
Stress
Menurut Carver,dkk (1989) dimensi
dari coping stress terbagi menjadi problem focused coping dan emotion focused coping. Untuk dimensi problem focused coping digunakan jika
seseorang merasakan sesuatu yang konstrukif dapat dilakukan. Dalam problem focused coping terdapat 5 jenis
yaitu :
a. Active coping
Yaitu proses pengambilan langkah akif
untuk menghapus atau menghindari stressor atau untuk memperbaiki dampak dari
stressor itu sendiri.
b. Planning
Yaitu proses berpikir mengenai
bagaimana cara untuk menghadapi stresor tersebut. Individu yang melakukan
perencanaan akan merencanakan strategi mengenai langkah apa yang harus diambil
dan memikirkan cara terbaik untuk menghadapi masalah.
c. Suppression of Competing Activities
Yaitu individu yang menggunakan suppression of competing activities akan
menekankan aktivitasnya pada penyelesaian masalah dan mengesampingkan urusan
lain agar dapat berkonsentrasi dalam menghadapi stresor.
d.
Restraint Coping
Yaitu individu yang menggunakan restraint coping akan menunggu
saat yang tepat untuk bertindak dan tidak bertindak terlalu terburu-buru.
e.
Seeking of Instrumental Social
Support
Yaitu
individu yang mengggunakan seeking
of instrumental social support akan berupaya untuk mencari saran, bantuan,
dan informasi dari orang-orang disekitarnya.
Dalam dimensi emotion focused coping adalah strategi yang digunakan ketika
individu tidak dapat mengontrol situasi yang dihadapinya jenisnya antara lain :
f.
Seeking of Emotional Social Support
Yaitu
dimana individu yang menggunakan seeking of emotional social support
akan berupaya untuk mendapatkan dukungan moral, simpati, dan pemahaman dari
orang-orang disekitarnya.
g.
Positive Reinterpretation
Yaitu
sebuah proses mengambil hikmah atau nilai positif dari apa yang telah terjadi. Coping
ini bertujuan untuk mengelola tekanan emosi daripada berupaya untuk
menghadapi stresor itu sendiri.
h.
Acceptance
Yaitu
dimana individu yang melakukan acceptance akan menerima situasi atau
keadaan dari apa yang terjadi.
i.
Denial
Yaitu individu yang melakukan denial akan menolak untuk percaya
bahwa stresor itu nyata dan bertindak seolah-olah stresor itu tidak ada.
j.
Turning to Religion
Yaitu individu akan beralih ke agama
ketika berada dalam situasi yang penuh dengan tekanan. Agama dapat berfungsi
sebagai dukungan emosional, menjadi sarana untuk reinterpretasi positif, maupun
sebagai upaya untuk menghadapi stresor itu sendiri. Individu yang beralih pada
agama akan mengembalikan semua permasalahan pada agama dan keyakinan yang
dianut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Dimana dalam proses pengambilan data digunakan pengambilan data melalui
penyebaran kuesioner atau angket.
Identifikasi
Variabel - VariabePenelitian
Dalam
penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :
1. Variabel Prediktor :
Kecerdasan Spiritual
2. Variabel Kriterium : Coping
Stress
Data Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah ibu rumah
tangga yang berusia 30 – 65 tahun dan berpendidikan minimal Sekolah Dasar (SD)
yang berdomisili di daerah Kramat Jaya Depok Utara.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan
data yang digunakan adalah pengambilan angket atau kuesioner sebanyak 70
eksemplar.
Teknik Analisis Data
Setelah
penyelesaian data yang terkumpul sudah memenuhi standar maka dilakukan analisis
data. Analisis data adalah suatu proses untuk mengolah data dari angket atau
kuesioner yang telah selesai disebar sehingga data yang diperoleh sudah
terkumpul untuk dihitung.
Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi product moment dari Pearson, yaitu menganalisis hubungan antara
skor total dan skor item pada kecerdasan spiritual sebagai prediktor dan coping stress sebagai kriterium.
HASIL PENELITIAN
- Karakteristik Subjek
a. Berdasarkan
Jenis Kelamin
Subjek
dalam penelitian ini berjumlah 70 orang ibu rumah tangga. Dengan persentase
sebesar 100 %.
b. Berdasarkan Usia
Ibu
rumah tangga yang memiliki jumlah paling banyak yaitu berkisar pada usia 30 sampai 35 tahun sebanyak 18 orang. Dengan
persentase sebesar 4,62 % dan yang paling sedikit berkisar pada usia 61 sampai
65 tahun sebanyak 3 orang. Dengan persentase sebesar 0,12 %.
2.
Hasil
Uji Validitas
Dalam
penelitian ini suatu item dinyatakan valid apabila nilai koefisiennya berkisar
≥ 0,300. Pada kuesioner kecerdasan spiritual yang disusun berdasarkan skala Likert dari 43 item yang dianalisis
diperoleh sebanyak 27 item valid dan 16 item lainnya dinyatakan gugur. Item
yang valid memiliki korelasi berkisar antara 0,336 sampai dengan 0,722. Hal ini
berarti alat ukur ini dinyatakan valid untuk mengukur kecerdasan spiritual.
Distribusi item ini dapat dilihat pada tabel 5. Kemudian pada kuesioner coping stress yang disusun berdasarkan
skala Likert terdiri dari 40 item
yang dianalisis diperoleh sebanyak 24 item valid dan 16 item lainnya dinyatakan
gugur. Korelasi dari item yang valid berkisar antara 0,386 sampai dengan 0,762.
Hal ini berarti alat ukur yang digunakan dinyatakan valid untuk mengukur coping stress.
3. Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini dilakukan uji
reliabilitas untuk menentukan apakah suatu penelitian dinyatakan reliabel atau
tidak. Suatu penelitian dikatakan reliabel jika memiliki konsistensi sebesar ≥
0,700 (Azwar, 2013). Teknik yang digunakan dalam alat ukur ini menggunakan
teknik Alpha Cronbach. Dari hasil uji
reliabilitas pada skala kecerdasan spiritual diperoleh koefisien reliabilitas
sebesar 0,912 dan alat ukur tersebut dinyatakan reliabel untuk penelitian ini.
Uji reliabilitas yang digunakan untuk skala coping
stress diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,920 dan alat ukur
tersebut dianggap reliabel untuk digunakan pada penelitian ini.
4.
Uji
Hipotesis
Berdasarkan
hasil uji asumsi, dapat diketahui bahwa data uji normalitas pada variabel
kecerdasan spiritual berdistribusi tidak normal. Kemudian pada variabel coping stress data yang dihasilkan
berdistribusi normal. Oleh karena itu untuk uji hipotesis menggunakan uji
korelasi Product Moment Pearson. Berdasarkan
hasil uji hipotesis diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar r= 0,806
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p≤0,01). Dengan demikian dapat
diketahui bahwa hipotesis alternatif pada penelitian ini diterima.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan dan
analisis data yang dilakukan dalam
penelitian hubungan antara kecerdasan spiritual dengan coping stress
pada ibu rumah tangga dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini
diterima, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan
spiritual dengan coping stress pada ibu rumah tangga dalam arah yang positif.
Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual, maka semakin
tinggi pula tingkat coping stress. Melihat hasil koefisien korelasi dari r=0,806
menurut peneliti memiliki nilai yang cukup tinggi. Artinya bahwa kecerdasan
spiritual dan coping stress dalam konteks penelitian di kawasan Kramat Jaya
Depok Utara menunjukkan tingkat hubungan positif yang tinggi. Dengan demikian
berdasarkan telaah teori yang digunakan hasil penelitian ini ajeg atau
reliabel.
DAFTAR PUSTAKA
Adi,
T. N. (2010). Perilaku coping
mahasiswa dalam mengatasi stress mengikuti mata kuliah mpk kuantitatif jurnal psikologi. 6(2).
Agustian,
G. A. (2001). Rahasia sukses membangun
kecerdasan emosi dan spiritual ESQ emotional spiritual quotient berdasarkan
rukun 6 rukun iman dan 5 rukun islam. Jakarta: Penerbit Arga.
Azwar,
S. (1996). Tes prestasi fungsi
pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar,
S. (2012). Reliabilitas dan validitas
edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar,
S. (2013). Penyusunan skala psikologi
edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Carver,
S., Scheier, F.M., & Weintraub, K.J. (1989). Assessing coping strategies: a
theoriticallly based approach Journal of
personality and social psychology. 2, 267-263
Freize,
I. (1978). The woman and sex roles : a
social psychological perspective. New York: W.W. Norton & Co.
Halonen,
S.J.,& Santrock, J.W. (1999). Human
adjustment second edition. U.S: Brown & Benchmark Publishers.
Hawari,
D. (2007). Al-quran : ilmu kedokteran
jiwa & kesehatan jiwa. Jakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa.
Howard,
B.B., Mudiwa, G.P., & White, R.S. (2009). Spiritual intelligence and
transformational : a new theoretical frameworks Journal of curriculum and instruction (JoCI). 3, 54-67.
Jamaluddin
& Indriasari, R. (2011). Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Spiritual terhadap Etika Mahasiswa Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Tadulako Pamator.
4,1.
Kartono,
K. (2006). Psikologi wanita jilid 1:
gadis remaja dan wanita dewasa. Bandung: Alumni Penerbit.
Lesmana,
D. (2014). Kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadapi masa pension Jurnal ilmiah psikologi terapan. 2(1), 2301-8267.
Masaong,
A.K. (2012). Hubungan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan gaya
kepemimpinan kepala sekolah pada sekolah menengah kejuruan negeri di kota gorontalo.
Skripsi: Tidak diterbitkan
Muttaqiyathun,
A. (2009). Hubungan emotional quotient, intelectual quotient and spiritual
quotient dengan entrepreneur's performance integritas jurnal manajemen bisnis, 2(3), 221-234.
Mu’tadi,
A. (1992). Konsep reaksi stress.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Paisal
& Anggraini, S. (2010). Pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual terhadap kinerja karyawan pada LBPP-LIA Palembang Jurnal ilmiah orasi bisnis. 4, 100.
Pradiansyah, A.
(2010). You are not alone 31 renungan
tentang tuhan & kebahagiaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Pramudiarja,
U. (2011). http://health.detik.com/read/2011/06/22/071759/1665646/763/penelitian-urusan-masak-paling-memicu-stres-pada-ibu-ibu?l771108bcj.
Diakes pada 02 Februari 2015
Sadikin,
L.M & Subekti, E.M.A. (2014). Coping stress
pada penderita diabetes mellitus pasca amputasi Jurnal psikologi klinis dan kesehatan mental.
Sarwono,
J. (2006). Metode penelitian kuantitatif
dan kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiawan,
E. (2012). Kamus besar bahasa Indonesia
online. Jakarta: Kemdikbud.
Sholichatun,
Y. (2011). Penelitian pengembangan dan keislaman psikoislamika jurnal psikologi islam (JPI). 8, 23-42.
Sinetar,
M. (2001). Spiritual intelligence: What
we can learn from the early awakening child. Maryknoll, NY: Orbis Press.
Sugiyono.
(2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung:
Alfabeta
Suldo,
M.S., Shaunessy, E., & Hardesty, R. (2008). Relationship among stress,
coping, and mental health in high–achieving high school student psychology in the school. 45, 4.
Wong,
T.P. Paul., & Wong, C.J. Lilian. (2006). Handbook of multicultural perspectives on stress and coping. New
York: Springer Science and Business Media, Inc.
0 komentar:
Posting Komentar