Aliran Psikoanalisis
Sigmund Freud
Aliran
ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk
pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga
komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Tesis-tesis tentang hakikat manusia dari aliran Psikoanalisis adalah bahwa: Perilaku
pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak,- Sebagaian
besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari,-
Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejak
lahir, terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido
dan agresifitasnya,- Secara umum perilaku manusia bertujuan dan
mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan
mencari kenikmatan,- Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual
mengarah pada perilaku neurosis,- Pembentukan simpton merupakan bentuk defensive,- Pengalaman
tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan pengalaman
seseorang,- Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting
pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses
perilaku.
Pandangan
psikoanalisis memberi implikasi yang sangat luas terhadap konseling dan
psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta
prosedur yang dapat dikembangkan.
Aliran Behaviorisme
Ivan Petrovic Pavlov
Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang didasarkan pada premis
bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi yang teramati. Teori ini
dicetuskan oleh John B. Watson.adapun teori ini terbagi atas 2 bagian
yaitu:
1. Teori kepribadian Klasikal.
Kepribadian ini dicetuskan oleh Juan Petrovich Pavlov, dia menggunakan
eksperimen terhadap seekor anjing. Anjing dioperasi sedemikian rupa,
sehingga apabilaair liur keluar dapat dilihat dan dapat ditampung dalam
tempat yang telah disediakan. Apabila anjing lapar dan melihat makanan,
kemudian mengeluarkan air liur, ini merupakan respon yang alami, respon
yang reflektif, yang oleh Pavlov disebut respon yang tidak terkondisi
yang disingkat UCR. Apabila anjing mendengarkan bel dan kemudian
menggerakan telinganya, ini merupakan respon yang alami. Bel sebagai
stimulus yang tidak terkondisi atau UCS dan gerak telinga sebagai UCS.
2. Teori Kepribadian Operan.
Yaitu dicetuskan oleh Skinner yang membagi tingkah laku dalam 2 tipe
yaitu: responden dan operan. Tingkah laku responden adalah respon atau
tingkah laku yang dibangkitkan atau dirangsang oleh stimulus tertentu.
Tingkah laku responden ini wujudnya refleks. Tingkah laku responden ini
ternyata dapat dibentuk melalui proses conditioning atau belajar.
Tingkah laku ini bergantung pada reinforcement dan secara langsung
merespon stimulus yang bersifat fisik.Tingkah laku operan adalah respon
atau tingkah laku yang bersifat spontan tanpa stimulus yang mendorongnya
secara langsung. Tingkah laku ini ditentujan atau dimodifikasi oleh
reinforcement yang mengikutinya. Contohnya : ketika tikus yang dimasukan
di dalam peti yang diberi makan untuk berapa waktu lamanya ( tikus
menjadi lapar ), dia bertingkah laku secara spontan dan acak, dia aktif,
mendengus, mendorong, dan mengeksplorasi lingkungannya. Tingkah laku
ini bersifat sukarela, tidak dirangsang, dalam arti respon tikus itu
tidak dirangsang oleh stimulus tertentu dari lingkungannya.
Menurut Skinner reinforcement dapat terdiri dari 2 cara: positif dan
negatif, yang positif ini sinonim dari “reward” ( penghargaan ),
sementara yang negative memainkan peranan dalam perkembangan
kecendrungan-kecendrungan untuk menghindar.
Behaviorisme menekankan perspektif psikologi pada tingkah laku manusia,
yakni bagaimana individu dapat memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih
terampil, dan menjadi lebih mengtahui. Behaviorisme memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan,
pengalaman, dan pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran
psikologi Behaviorisme adalah mencoba memprediksi dan mengontrol
perilaku manusia sebagai introspeksi dan evaluasi terhadap tingkah laku
yang dapat diamati, bukan pada ranah kesadaran.
Ivan
Petrovic Pavlov pernah melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Ia
menyalakan lampu di depan anjing yang sedang lapar. Anjing tersebut
tidak mengeluarkan air liur. Saat Parlov meletakkan sepotong daging
didepannya, anjing tersebut mengeluarkan air liur. Perlakuan itu terus
diulang-ulang beberapa kali, sehingga setiap kali lampu dinyalakan
anjing tersebut mengeluarkan air liur, walaupun tidak disajikan sepotong
daging. Dalam kasus ini, air liur anjing disebut sebagai conditioned response, sementara cahaya lampu disebut sebagai conditioned stimulus.
Jika
eksperimen tersebut direfleksikan terhadap manusia sebagai individu,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat aliran Behaviorisme adalah
teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi
lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kepribadian dapat dipahami dengan
mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus
menerus dengan lingkungannya. Menurut B.F. Skinner, cara efektif untuk
mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) dan pemberian hukuman (punishnent), suatu strategi
yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau
sebaliknya (berpeluang untuk tidak terjadi) pada masa mendatang. Jadi,
yang menjadi prinsip umum dalam aliran Behaviorisme adalam tingkah laku
sebagai objek, refleks atas semua bentuk tingkah laku, dan pembentukan
kebiasaan dalam individu.
Perbedaan aliran psikoanalisa dengan behavioristik dalam memandang manusia adalah :
1. Aliran psikoanalisa berdasarkan pada pikiran sebagai subjek psikologi, sementara Behavioristik berdasarkan atas perilaku.
2. Aliran Psikoanalisa berpendapat bahwa manusia berasal dari konflik masa
kanak – kanak dan tekanan – tekanan biologis, sedangkan aliran
Behavioristik berpendapat bahwa manusia berasal dari suatu sitem
kompleks yang bertingkah laku menurut cara sesuai hukum yang ada.
3. Dalam aliran Psikoanalisa dan Behavioristik, keduanya mengabaikan segala potensi yang berada didalam diri individu.
4. Aliran Psikoanalisa dan Behaviorisme memandang pesimistis terhadap
kodrat manusia yaitu manusia dianggap sakit / pincang menurut aliran
Psikoanalisa dan manusia dianggap tidak memiliki sikap jati diri menurut
aliran Behavioristik.
sumber:
http://edukasi.kompasiana.com/2011/11/07/melirik-aliran-aliran-dalam-psikologi/
http://riefamanda-riefamanda.blogspot.com/2011/02/kepribadian-sehat-ditinjau-dari-aliran.html
http://alpiani.wordpress.com/2009/10/12/perbedaan-antara-psikoanalisa-behaviorisme- dan-humanistik-dari-kesehatan-kepribadiaan/