HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN COPING STRESS PADA IBU RUMAH TANGGA

 

MURDIANI DIPA PUTRI

14510866

Dr. Lie Tjoen Tjie

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Logo_Gundar.png

ABSTRAK

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kecerdasan spiritual dengan coping stress pada ibu rumah tangga. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kramat Jaya Depok Utara. Dalam penelitian ini digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson untuk menguji hubungan antara kecerdasan spiritual dengan coping stress pada ibu rumah tangga. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling accidental. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 orang ibu rumah tangga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima yang diartikan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan coping stress ke arah yang positif. Hal tersebut dapat diketahui melalui hasil uji hipotesis dengan perolehan nilai koefisien korelasi pearson sebesar r=0,806 dengan taraf signifikansi koefisien sebesar 0,000 (p < 0.01).

 

Kata Kunci : Kecerdasan spiritual, Coping stress, Ibu rumah tangga

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN


Logo_Gundar.pngPerjalanan kehidupan manusia begitu beragam dan kompleks. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan pada kehidupan terdahulu dengan kehidupan saat ini. Perubahan yang terjadi dikarenakan adanya perkembangan kehidupan peradaban manusia. Kehidupan manusia pula tidak terlepas dari adanya masalah demi masalah yang muncul yang kemudian dapat saja menimbulkan stres pada diri manusia. Sehingga berbagai masalah yang muncul tersebut menjadikan sebuah skema permasalahan yang harus dihadapi oleh setiap insan manusia.

            Pada nyatanya kehidupan yang dijalani oleh sebagian besar manusia tidak terlepas dari masalah dan rutinitas. Hal tersebut terlihat dari berbagai kehidupan sehari-hari dari ibu rumah tangga yang kesehariannya mengurus rumah tangga dan keluarganya. Beragam macamnya jenis kegiatan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dapat saja menyebabkan stress. Tingkat stres yang dialami oleh para ibu rumah tangga pun berbeda macamnya. Dari mulai kegiatan mengurus anak, mengurus kebersihan rumah dan lain sebagainya menjadikan para ibu rumah tangga terkadang tidak dapat berhenti begitu saja untuk beristirahat dalam waktu yang cukup panjang dalam sehari. Seperti yang di lansir dari media “Detik Health” (2011) yang melakukan penelitian Pete Robertshaw mengatakan hal-hal seperti mengurus kebutuhan urusan makan dan memasak merupakan hal yang dapat memicu stres bagi ibu rumah tangga.

            Berdasarkan sudut pandang psikologis dalam hal ini kecerdasan spiritual yang ada selain dari kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual hal yang menyangkut kecerdasan spiritual mampu mendorong seseorang untuk maju dan berkembang dalam mengembangkan kualitas diri pada manusia itu sendiri. Menurut Zohar dan Marshall (dalam Muttaqiyathun, 2009) kecerdasan spiritual yaitu kemampuan yang bertumpu pada bagian dalam diri yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Hal ini adalah kecerdasan yang digunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. Selanjutnya menurut Rogers dan Yang (dalam Howard dkk, 2009) kecerdasan spiritual selanjutnya didefinisikan sebagai kemampuan untuk membangun makna melalui intuitif untuk melihat keterkaitan antara pengalaman hidup dan bidang dari dalam jiwa individu. Kemudian pendapat lain dikemukakan oleh Tisdell (dalam Howard dkk, 2009) bahwa spiritualitas adalah bagian penting dari pengalaman manusia yang merupakan hal mendasar untuk memahami bagaimana individu membangun pengetahuan bermakna. Tisdell menegaskan bahwa spiritualitas memiliki dimensi budaya yang mendalam yang menginformasikan perkembangan intelektual.           Selain dari kecerdasan spiritual yang dijabarkan sebelumnya selain itu terdapat hal lain yang berkaitan juga seperti istilah coping stress yang dikemukakan menurut Lazarus dan Folkman (dalam Sholichatun, 2011) istilah coping didefinisikan sebagai upaya perubahan kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan ekternal dan internal yang spesifik yang dinilai sebagai berat atau beban tugas yang melebihi kemampuan dan ketahanan individu. Pendapat yang lain dijelaskan oleh Sarafino (dalam Adi, 2010) individu melakukan perilaku coping sebagai usaha untuk menetralisir atau mengurangi stres. Dikarenakan cara menyesuaikan seseorang terhadap stres beragam macamnya maka dalam hal ini istilah coping stress dapat digunakan untuk melihat cara mana yang digunakan oleh ibu rumah tangga dalam mengatasi permasalahannya.

Logo_Gundar.png            Berbagai uraian para ahli mengenai kecerdasan spiritual dan coping stress dapat terjadi dalam kehidupan setiap manusia. Tingkat kecerdasan spiritual seseorang tidak hanya dilihat dari faktor ketuhanan saja melainkan pula cara seseorang berpikir kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kemudian terdapat juga kaitannya dengan coping stress dimana istilah coping merupakan istilah yang digunakan untuk seseorang yang berupaya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya. Selanjutnya mengenai kesulitan dalam pekerjaan sebagai ibu rumah tangga kembali ke dalam pikiran individu masing-masing bagaimana untuk menyikapi pilihan hidup yang sedang dijalani baik itu sebagai ibu rumah tangga maupun bukan sebagai ibu rumah tangga.

            Dengan demikian hal ini merupakan masalah umum yang cukup signifikan untuk diteliti karena fenomena yang berkembang secara umum merupakan fenomena yang ada dalam kehidupan insan manusia sehari-hari. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya dapat dijelaskan dalam rumusan masalah yaitu apakah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan coping stress pada ibu rumah tangga.

 

 

 

 

 

 

 

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kecerdasan Spiritual

Logo_Gundar.png    Dalam penelitian ini teori yang digunakan dari beberapa tokoh yaitu Danah Zohar dan Ian Marshall, Agustian dan Sinetar. Pendapat beberapa ahli mengemukakan mengenai teori dari kecerdasan spiritual. Beberapa penjelasan tentang teori spiritual adalah menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (dalam Agustian, 2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kemampuan untuk  menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan    yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita.

   Kemudian menurut Agustian (2001) definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah”. Selanjutnya pendapat lain yang dikemukakan oleh Sinetar (dalam Pradiansyah, 2010) mengatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan dan efektivitas  yang terinspirasi penghayatan ketuhanan  yang didalamnya kita semua menjadi bagian.

                 Berdasarkan ketiga teori yang telah dibahas tersebut secara garis besar memiliki kemiripan pada sisi kecerdasan untuk mengahadapi persoalan dan kemampuan untuk memberi makna yang terinspirasi oleh penghayatan ketuhanan secara lebih luas dan kaya untuk menjadi manusia seutuhnya yang merupakan kecerdasan tertinggi kita.

 

B.     Komponen-komponen Kecerdasan  Spiritual

            Komponen kecerdasan spiritual berdasarkan teori Zohar dan Marshall (dalam Jamaluddin dan Indriasari, 2011) yaitu sebagai berikut :

a. Memiliki kesadaran diri

            Memiliki kesadaran diri yaitu adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan menanggapinya.

b. Memiliki visi

            Memiliki visi yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidup dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

c. Bersikap fleksibel

            Bersikap fleksibel yaitu mampu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki pandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan), dan efisien tentang realitas.

d. Berpandangan holistik

Logo_Gundar.png           Berpandangan holistik yaitu melihat bahwa diri sendiri dan orang lain saling terkait dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan memanfaatkan, melampaui kesengsaraan dan rasa sehat, serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya. 

e. Melakukan perubahan

            Melakukan perubahan yaitu terbuka terhadap perbedaan, memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi dan juga menjadi orang yang bebas merdeka.

f. Sumber inspirasi

           Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain dan memiliki gagasan-gagasan yang segar.

 

g. Refleksi diri

           Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan apakah yang mendasar dan pokok. 

 

C.     Coping Stress

            Lazarus dan Folkman (dalam Suldo, 2008) coping adalah upaya kognitif dan perilaku yang berubah secara konstan untuk mengelola tuntutan eksternal dan atau internal tertentu yang dinilai berat dan melebihi kapasitas (kekuatan) seseorang.

            Coping stress adalah pengaturan beban dari keadaan sekitar atau usaha untuk memecahkan masalah tentang stres yang sedang dihadapi dalam kehidupan dan mencari jalan untuk menguasai atau mengurangi stres (Halonen dan Santrock, 1999). Coping stress adalah pemulihan kembali dari pengaruh pengalaman stres atau reaksi fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan yang sedang dihadapi (Hawari, 2007).

            Secara garis besar dari ketiga pendapat para ahli tersebut terdapat kemiripan pada usaha yang dikerahkan untuk memecahkan masalah dalam rangka pemulihan kembali dari pengaruh stress yang secara konstan upaya tersebut berubah untuk mengelola tuntutan untuk mengurangi stress.

 

D.     Dimensi Coping Stress

            Menurut Carver,dkk (1989) dimensi dari coping stress terbagi menjadi problem focused coping dan emotion focused coping. Untuk dimensi problem focused coping digunakan jika seseorang merasakan sesuatu yang konstrukif dapat dilakukan. Dalam problem focused coping terdapat 5 jenis yaitu :

a.   Active coping

           Yaitu proses pengambilan langkah akif untuk menghapus atau menghindari stressor atau untuk memperbaiki dampak dari stressor itu sendiri.

b.   Planning

Logo_Gundar.png           Yaitu proses berpikir mengenai bagaimana cara untuk menghadapi stresor tersebut. Individu yang melakukan perencanaan akan merencanakan strategi mengenai langkah apa yang harus diambil dan memikirkan cara terbaik untuk menghadapi masalah.

c.    Suppression of Competing Activities

           Yaitu individu yang menggunakan suppression of competing activities akan menekankan aktivitasnya pada penyelesaian masalah dan mengesampingkan urusan lain agar dapat berkonsentrasi dalam menghadapi stresor.

d.   Restraint Coping

           Yaitu individu yang menggunakan restraint coping akan menunggu saat yang tepat untuk bertindak dan tidak bertindak terlalu terburu-buru.

 

e.    Seeking of Instrumental Social Support

          Yaitu individu yang mengggunakan   seeking of instrumental social support akan berupaya untuk mencari saran, bantuan, dan informasi dari orang-orang disekitarnya.

          Dalam dimensi emotion focused coping adalah strategi yang digunakan ketika individu tidak dapat mengontrol situasi yang dihadapinya jenisnya antara lain :

f.     Seeking of Emotional Social Support

           Yaitu dimana individu yang menggunakan seeking of emotional social support akan berupaya untuk mendapatkan dukungan moral, simpati, dan pemahaman dari orang-orang disekitarnya.

g.   Positive Reinterpretation

           Yaitu sebuah proses mengambil hikmah atau nilai positif dari apa yang telah terjadi. Coping ini bertujuan untuk mengelola tekanan emosi daripada berupaya untuk menghadapi stresor itu sendiri.

h.   Acceptance

           Yaitu dimana individu yang melakukan acceptance akan menerima situasi atau keadaan dari apa yang terjadi.

i.     Denial

           Yaitu individu yang melakukan denial akan menolak untuk percaya bahwa stresor itu nyata dan bertindak seolah-olah stresor itu tidak ada.

j.     Turning to Religion

           Yaitu individu akan beralih ke agama ketika berada dalam situasi yang penuh dengan tekanan. Agama dapat berfungsi sebagai dukungan emosional, menjadi sarana untuk reinterpretasi positif, maupun sebagai upaya untuk menghadapi stresor itu sendiri. Individu yang beralih pada agama akan mengembalikan semua permasalahan pada agama dan keyakinan yang dianut.

 

 

METODE PENELITIAN

            Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dimana dalam proses pengambilan data digunakan pengambilan data melalui penyebaran kuesioner atau angket.

 

Identifikasi Variabel - VariabePenelitian

Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

1. Variabel Prediktor  : Kecerdasan Spiritual

2. Variabel Kriterium  : Coping Stress

 

 

 

 

Data Penelitian

a.      Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang berusia 30 – 65 tahun dan berpendidikan minimal Sekolah Dasar (SD) yang berdomisili di daerah Kramat Jaya Depok Utara.

 

 

Teknik Pengumpulan Data

Logo_Gundar.pngDalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengambilan angket atau kuesioner sebanyak 70 eksemplar.

 

 

Teknik Analisis Data

Setelah penyelesaian data yang terkumpul sudah memenuhi standar maka dilakukan analisis data. Analisis data adalah suatu proses untuk mengolah data dari angket atau kuesioner yang telah selesai disebar sehingga data yang diperoleh sudah terkumpul untuk dihitung.

                Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi product moment dari Pearson, yaitu menganalisis hubungan antara skor total dan skor item pada kecerdasan spiritual sebagai prediktor dan coping stress sebagai kriterium.

 

 

HASIL PENELITIAN

  1. Karakteristik Subjek

a.      Berdasarkan Jenis Kelamin

 

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 70 orang ibu rumah tangga. Dengan persentase sebesar 100 %.

 

b.      Berdasarkan Usia

Logo_Gundar.pngIbu rumah tangga yang memiliki jumlah paling banyak yaitu berkisar pada usia  30 sampai 35 tahun sebanyak 18 orang. Dengan persentase sebesar 4,62 % dan yang paling sedikit berkisar pada usia 61 sampai 65 tahun sebanyak 3 orang. Dengan persentase sebesar 0,12 %.

 

 

2.      Hasil Uji Validitas

Dalam penelitian ini suatu item dinyatakan valid apabila nilai koefisiennya berkisar ≥ 0,300. Pada kuesioner kecerdasan spiritual yang disusun berdasarkan skala Likert dari 43 item yang dianalisis diperoleh sebanyak 27 item valid dan 16 item lainnya dinyatakan gugur. Item yang valid memiliki korelasi berkisar antara 0,336 sampai dengan 0,722. Hal ini berarti alat ukur ini dinyatakan valid untuk mengukur kecerdasan spiritual. Distribusi item ini dapat dilihat pada tabel 5. Kemudian pada kuesioner coping stress yang disusun berdasarkan skala Likert terdiri dari 40 item yang dianalisis diperoleh sebanyak 24 item valid dan 16 item lainnya dinyatakan gugur. Korelasi dari item yang valid berkisar antara 0,386 sampai dengan 0,762. Hal ini berarti alat ukur yang digunakan dinyatakan valid untuk mengukur coping stress.

3.   Uji Reliabilitas

           Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas untuk menentukan apakah suatu penelitian dinyatakan reliabel atau tidak. Suatu penelitian dikatakan reliabel jika memiliki konsistensi sebesar ≥ 0,700 (Azwar, 2013). Teknik yang digunakan dalam alat ukur ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas pada skala kecerdasan spiritual diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,912 dan alat ukur tersebut dinyatakan reliabel untuk penelitian ini. Uji reliabilitas yang digunakan untuk skala coping stress diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,920 dan alat ukur tersebut dianggap reliabel untuk digunakan pada penelitian ini.

4.   Uji Hipotesis

           Berdasarkan hasil uji asumsi, dapat diketahui bahwa data uji normalitas pada variabel kecerdasan spiritual berdistribusi tidak normal. Kemudian pada variabel coping stress data yang dihasilkan berdistribusi normal. Oleh karena itu untuk uji hipotesis menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson. Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar r= 0,806 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p≤0,01). Dengan demikian dapat diketahui bahwa hipotesis alternatif pada penelitian ini diterima.

 

Kesimpulan

Logo_Gundar.png           Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data yang dilakukan dalam  penelitian hubungan antara kecerdasan spiritual dengan coping stress pada ibu rumah tangga dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan coping stress pada ibu rumah tangga dalam arah yang positif. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual, maka semakin tinggi pula tingkat coping stress. Melihat hasil koefisien korelasi dari r=0,806 menurut peneliti memiliki nilai yang cukup tinggi. Artinya bahwa kecerdasan spiritual dan coping stress dalam konteks penelitian di kawasan Kramat Jaya Depok Utara menunjukkan tingkat hubungan positif yang tinggi. Dengan demikian berdasarkan telaah teori yang digunakan hasil penelitian ini ajeg atau reliabel.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Adi, T. N. (2010). Perilaku coping mahasiswa dalam mengatasi stress mengikuti mata kuliah mpk kuantitatif jurnal psikologi. 6(2).

Agustian, G. A. (2001). Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ emotional spiritual quotient berdasarkan rukun 6 rukun iman dan 5 rukun islam. Jakarta: Penerbit Arga.

Azwar, S. (1996). Tes prestasi fungsi pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Carver, S., Scheier, F.M., & Weintraub, K.J. (1989). Assessing coping strategies: a theoriticallly based approach Journal of personality and social psychology. 2, 267-263 

Freize, I. (1978). The woman and sex roles : a social psychological perspective. New York: W.W. Norton & Co.

Halonen, S.J.,& Santrock, J.W. (1999). Human adjustment second edition. U.S: Brown & Benchmark Publishers.

Hawari, D. (2007). Al-quran : ilmu kedokteran jiwa & kesehatan jiwa. Jakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa.

Howard, B.B., Mudiwa, G.P., & White, R.S. (2009). Spiritual intelligence and transformational : a new theoretical frameworks Journal of curriculum and instruction (JoCI). 3, 54-67.

Jamaluddin & Indriasari, R. (2011). Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual terhadap Etika Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako Pamator. 4,1.

Kartono, K. (2006). Psikologi wanita jilid 1: gadis remaja dan wanita dewasa. Bandung: Alumni Penerbit.

Lesmana, D. (2014). Kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadapi masa pension Jurnal ilmiah psikologi terapan. 2(1), 2301-8267.

Masaong, A.K. (2012). Hubungan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah pada sekolah menengah kejuruan negeri di kota gorontalo. Skripsi: Tidak diterbitkan

Muttaqiyathun, A. (2009). Hubungan emotional quotient, intelectual quotient and spiritual quotient dengan entrepreneur's performance integritas jurnal manajemen bisnis, 2(3), 221-234.

Mu’tadi, A. (1992). Konsep reaksi stress. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Paisal & Anggraini, S. (2010). Pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan pada LBPP-LIA Palembang Jurnal ilmiah orasi bisnis. 4, 100.

Logo_Gundar.pngPradiansyah, A. (2010). You are not alone 31 renungan tentang tuhan & kebahagiaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Pramudiarja, U. (2011).  http://health.detik.com/read/2011/06/22/071759/1665646/763/penelitian-urusan-masak-paling-memicu-stres-pada-ibu-ibu?l771108bcj. Diakes pada 02 Februari 2015

Sadikin, L.M & Subekti, E.M.A. (2014). Coping stress pada penderita diabetes mellitus pasca amputasi Jurnal psikologi klinis dan kesehatan mental.

Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawan, E. (2012). Kamus besar bahasa Indonesia online. Jakarta: Kemdikbud.

Sholichatun, Y. (2011). Penelitian pengembangan dan keislaman psikoislamika jurnal psikologi islam (JPI). 8, 23-42.

Sinetar, M. (2001). Spiritual intelligence: What we can learn from the early awakening child. Maryknoll, NY: Orbis Press.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta

Suldo, M.S., Shaunessy, E., & Hardesty, R. (2008). Relationship among stress, coping, and mental health in high–achieving high school student psychology in the school. 45, 4.

Wong, T.P. Paul., & Wong, C.J. Lilian. (2006). Handbook of multicultural perspectives on stress and coping. New York: Springer Science and Business Media, Inc.

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sistem Informasi Berbasis Komputer (C.B.I.S)

A. Pengertian CBIS
Sistem Informasi Berbasis Komputer atau Computer Based Information System (CBIS) merupakan sistem pengolahan suatu data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dapat dipergunakan sebagai alat bantu yang mendukung pengambilan keputusan, koordinasi dan kendali serta visualisasi dan analisis. Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS antara lain adalah data, informasi, sistem, sistem informasi dan basis komputer. Berikut penjelasan masing-masing istilah tersebut.
-Data
Data merupakan deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi.Jadi pada intinya, data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan merupakan kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar suatu informasi.

-Informasi
Informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan.

-Sistem
Sistem merupakan entitas, baik abstrak maupun nyata, dimana terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain. Objek yang tidak memiliki kaitan dengan unsur-unsur dari sebuah sistem bukanlah komponen dari sistem tersebut.

Sistem informasi berbasis komputer merupakan suatu sistem pengolahan data menjadi informasi dengan menggunakan alat bantu pengambilan keputusan .Dalam sistem informasi berbasis komputer ini memiliki arti bahwa komputer mempunyai peranan yang sangat penting didalam sebuah sistem informasi tersebut.

Sistem Informasi
Sistem Informasi merupakan sistem pembangkit informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar subsistemnya,sistem informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya.

Berbasis Komputer
Sistem Informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi. Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer.

Sistem informasi berbasis komputer merupakan suatu sistem pengolahan data menjadi informasi dengan menggunakan alat bantu pengambilan keputusan .Dalam sistem informasi berbasis komputer ini memiliki arti bahwa komputer mempunyai peranan yang sangat penting didalam sebuah sistem informasi tersebut.

Skema sistem informasi berbasis komputer didalam sebuah organisasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :


1. Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
SIA adalah sistem informasi yang melaksanakan aplikasi akuntansi perusahaan, yaitu sebagai pengolah data perusahaan, Perusahaan tidak dapat memilih untuk menggunakan SIA atau tidak, sistem ini merupakan keharusan. Semua perusahaan pada dasarnya melaksanakan prosedur-prosedur yang sama. SIA lebih berorientasi pada data dibanding pada informasi, walaupun ada beberapa informasi yang dihasilkan. SIA menyediakan database bagi sisten informasi lain.
SIA adalah satu-satunya sistem informasi yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan informasi di luar perusahaan, meyediakan informasi untuk seluruh lingkungan kecuali pesaing.
Tugas utama sistem informasi ini adalah:
• Pengumpulan data
• Manipulasi data
• Penyimpanan data
• Menyediakan dokumen

Peran SIA dalam CBIS adalah sebagai berikut :
• SIA menghasilkan beberapa output informasi dalam bentuk laporan akuntansi standar.
• SIA menyediakan database yang lengkap untuk digunakan dalam pemecahan masalah.

2. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Adalah suatu sistem berbasis database komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas formal perusahaan atau subunit dibawahnya,
Sumber daya SIM
Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem perusahaan tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang, dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi tersebut tersedia didalam laporan periodik, laporan khusus, dan hasil simulasi matematika, output informasi tersebut digunakan manajer saat mereka membuat keputusan untuk pemecahan masalah.
Semua informasi tersebut memiliki karakteristik yang sama untuk bidang area fungsional (marketing, manufaktur, sdm, dan keuangan), level manajemen (operational, manajerial, dan strategis), dan user (manajer atau non manajer) SIM informasi memperoleh data dari database, dimana database tersebut berisi data dan informasi dari SIA dan dari lingkungan.
Suatu SIM bisa juga merupakan suatu sistem informasi antar organisasi (IOS) jika SIM terkoneksi dengan SIM pada perusahaan lain misalnya dengan Suplier.
SIM dan SIA
SIM menggunakan data yang disediakan SIA dalam database, dan informasi lain yang berasal dari lingkungan. Isi dari database tersebut digunakan oleh software untuk membuat laporan periodik dan laporan khusus, serta model matematika untuk mensimulasikan aspek operasi perusahan, Berbeda dengan SIA, SIM tidak berkewajiban menyediakan informasi bagi lingkungan. Sistem Informasi Manajemen (Management Information System) tidak menggantikan Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing Systems), tetapi mendukung spektrum tugas-tugas organisasional yang lebih luas dari Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing Systems) termasuk analisis keputusan dan pembuat keputusan. Sistem Informasi Manajemen (Management Information System) menghasilkan informasi yang digunakan untuk membuat keputusan, dan juga dapat membatu menyatukan beberapa fungsi informasi bisnis yang sudah terkomputerisasi (basis data).

3. Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support Systems)
       Sistem ini hampir sama dengan Sistem Informasi Manajemen (Management Information System) karena menggunakan basis data sebagai sumber data. Sistem ini bermula dari Sistem Informasi Manajemen (Management Information System) karena menekankan pada fungsi mendukung pembuat keputusan diseluruh tahap-tahapnya, meskipun keputusan aktual tetap wewenang eksklusif pembuat keputusan.

4.  Sistem Otomastisasi Kantor (Office Automation Systems
        Mendukung pekerja data, yang biasanya tidak menciptakan pengetahuan baru melainkan hanya menganalisis informasi sedemikian rupa untuk transformasikan data atau memanipulasikannya dengan cara-cara tertentu sebelum menyebarkannya secara keseluruhan dengan organisasi dan kadang-kadang diluar organisasi. Aspek-aspek Sistem Otomastisasi Kantor (Office Automation Systems) seperti word processing, spreadsheets, presentasi.

5.  Sistem Pakar (Expert System) 
         Adalah sistem informasi yang berisi dengan pengetahuan dari pakar sehingga dapat digunakan untuk konsultasi. Pengetahuan dari pakar di dalam sistem ini digunakan sebagi dasar oleh Sistem Pakar untuk menjawab pertanyaan (konsultasi). Sistem pakar adalah suatu program komputer yang mengandung pengetahuan dari satu atau lebih pakar manusia mengenai suatu bidang spesifik. Jenis program ini pertama kali dikembangkan oleh periset kecerdasan buatan pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dan diterapkan secara komersial selama 1980-an. Bentuk umum sistem pakar adalah suatu program yang dibuat berdasarkan suatu set aturan yang menganalisis informasi (biasanya diberikan oleh pengguna suatu sistem) mengenai suatu kelas masalah spesifik serta analisis matematis dari masalah tersebut. Tergantung dari desainnya, sistem pakar juga mampu merekomendasikan suatu rangkaian tindakan pengguna untuk dapat menerapkan koreksi. Sistem ini memanfaatkan kapabilitas penalaran untuk mencapai suatu simpulan. 

 a. Karakteristik Sistem Pakar
• Memiliki kemampuan belajar atau memahami masalah dari pengalaman.
• Memberikan tanggapan yang cepat dan memuaskan terhadap situasi baru.
• Mampu menangani masalah yang kompleks (semi terstruktur).
• Memecahkan masalah dengan penalaran.
• Menggunakan pengetahuan untuk menyelasaikan masalah.

 b. Bagian Sistem Pakar
User Interface, adalah bagian yang memungkinkan manajer mamasukan instruksi dan informasi kedalam dan menerima informasi dari sistem pakar.



sumber : 
http://fardian.mhs.uksw.edu/2012/11/sistem-informasi-berbasis-komputer.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pakar

http://www.perpuskita.com/cbis/624/



                                                                           Nama : Murdiani Dipa .P

                                                                            NPM : 14510866

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS